- MOU Pemkab Ngawi dengan PII untuk Infrastuktur jalan Yang Lebih Baik.
- Waspada Sniffing, Modus Penipuan Berkedok Kiriman File APK yang Bisa Kuras Saldo Rekening
- Wahyu Yoga Pemuda Pelopor Asal Ngawi
- DENNY CAKNAN RILIS SINGEL BARU \"HELEH\" feat WOKO CHANELL TALENT
- MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN TAHUN 2022 SECARA SERENTAK DI 19 KECAMATAN.
- Kemendag Blokir 1.222 Situs Web Perdagangan Berjangka Komoditi Ilegal
- Imlek 2022 Tahun Macan Air
- Tips Bersikap Bijak dan Tak Boros Atas Dalih Self Reward
- Siapa Sandiah Ibu Kasur yang Jadi Google Doodle Hari Ini?
- Good Attitude - Good Future BPC HIPMI NGAWI
Tips Bersikap Bijak dan Tak Boros Atas Dalih Self Reward

Keterangan Gambar : Psikolog mengingatkan agar selalu bersikap bijak setiap kali memilih bentuk self reward yang tidak merugikan diri dan orang lain. Berikut tipsnya. (iStock)
Seringkali, ada orang yang menghambur-hamburkan uang dengan dalih self reward atau penghargaan untuk diri sendiri. Namun kemudian, ia menyesali karena kehidupannya menjadi terhimpit setelah memenuhi hasrat self reward tanpa perhitungan matang. Untuk itu, psikolog klinis Inez Kristanti mengingatkan agar selalu bersikap bijak setiap kali memilih bentuk self reward yang tidak merugikan diri dan orang lain. Menurut Inez, self reward merupakan salah satu jenis atau cara seseorang untuk mengaktualisasi konsep self love atau mencintai diri sendiri. Bentuk self reward bisa bermacam-macam, mulai dari yang bersifat non-materi hingga materi. "Self reward yang bentuknya materi, kita perlu bijak untuk menentukan apa yang tepat untuk kita. Saya juga tidak ingin teman-teman salah kaprah, misalkan jadi beranggapan kalau self reward itu jadi boros," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia itu, seperti dikutip Antara. Self reward, lanjut Inez, pada dasarnya bentuk apresiasi kepada diri sendiri yang bisa menimbulkan perasaan bermakna, bahkan bisa jadi menambah motivasi diri sendiri untuk kemudian hari. Membeli barang-barang tanpa berpikir panjang, bahkan hanya sekadar lapar mata dan merasa ketakutan tertinggal tren atau fear of missing out (FOMO) tidak bisa secara otomatis disebut self reward. "Ketika mau memberikan reward untuk diri sendiri, kita pikirkan dulu, ini masih masuk akal atau tidak, masuk bujet atau tidak. Mungkin tidak harus mahal-mahal, tapi apa, sih, yang bermakna untuk kita. Kadang hal-hal kecil atau barang-barang kecil itu bisa lebih bermakna buat kita," kata Inez. Self reward juga bisa dilakukan tanpa melulu mengaitkannya dengan hal-hal material. Sebagai contoh, beri apresiasi dalam bentuk kata-kata afirmasi kepada diri sendiri atas pencapaian-pencapaian kecil yang sudah dilakukan dalam satu hari. "Ada orang yang suka kalau dapat kata-kata afirmasi. Kadang kita menunggunya dari orang lain, pacar, atau pasangan. Tapi kenapa tidak beri itu ke diri kita sendiri?" tutur Inez. Konsep self reward yang dimaknai secara salah kaprah juga bisa berdampak buruk pada perilaku atau kecenderungan yang merugikan orang lain, seperti self sabotage dan selfish atau egois. "Pada hakikatnya self love itu mencintai diri kita sendiri, artinya jangan sampai kita melakukan sesuatu yang justru menyakiti atau merugikan diri kita sendiri atau merugikan orang lain. Menurutku itu batasannya," kata Inez. Dalam melakukan apapun yang dianggap sebagai self reward, Inez mengingatkan agar selalu memikirkan kembali efek jangka panjang, apakah akan merugikan diri sendiri dan orang lain. "Self reward-nya misalkan makan. Tapi malah memakan makanan yang tidak sehat dan porsi berlebihan. Dalam jangka panjang, mungkin pada akhirnya itu bisa memberikan dampak yang justru buruk untuk diri kita. Self reward malah berubah jadi bukan bersifat baik lagi," ujarnya.
(sfr)
